Rabu, 05 Maret 2014

Dapat Penumpang Gaib Setelah Lewat Jembatan Panus



Kisah misteri di Jembatan Panus, Kelurahan Depok, sudah banyak didengar dan dialami masyarakat. Jembatan yang dibangun pada 1937 ini disponsori oleh Belanda, dengan mandor warga pribumi yang bernama Stephanus Jonathan.

Menurut cucu Stephanus sekaligus saksi sejarah, Welly Leander, cerita - cerita misteri memang kerap dialami oleh masyarakat secara langsung. Sekira tahun 1980-an, masyarakat sering menemui pendekar gaib berbaju hitam.

"Memang sering banyak cerita mistis selain penampakan seorang perempuan, kadang saat banjir atau air Ciliwung naik, ada yang suka melihat penampakan empat pendekar pakai baju hitam muncul di sekitar sungai, namun saat ditegasin lagi melihatnya, sudah menghilang," katanya saat berbincang dengan Okezone.

Memang menurut Welly, sekira tahun 2010 hingga kini, sudah jarang terdengar lagi kisah misteri itu dialami masyarakat. Namun, lanjutnya, pada tahun 1990-an, ada pula warga Depok Timur yang dikejutkan dengan penumpang gaib saat naik motor melaju lewat jembatan Panus. Karena itu, masyarakat ada yang percaya jika melewati jembatan Panus harus membunyikan klakson untuk permisi kepada roh halus.

"Ada pengendara motor seorang diri, saat malam hari lewat jembatan itu kok jadi berat, seperti ada yang membonceng, bahkan ternyata ikut sampai rumah penumpangnya itu wanita saat sampai rumah enggak tahunya menghilang," paparnya.

Belum lagi cerita sopir angkot yang juga sering disetop penumpang wanita saat kondisi angkot sedang sepi. Saat angkot jalan, namun tak ada satupun penumpang di dalamnya.

"Di bawah jembatan memang ada pancuran seperti mata air yang tak pernah kering, dulu kadang - kadang ada yang suka bawa kemenyan atau sesajen setiap malam Jumat dan Selasa malam, seperti kopi, rokok, telur ayam, tetapi sekarang enggak dilakukan lagi," kata Welly.

Berawal setelah jembatan Panus dibangun, pada tahun 1940 ada juga seorang pertapa yang mencari ilmu di mata air tersebut. Namun setelah dicari, pertapa tersebut menghilang bahkan tak ditemukan jasadnya jikalau sudah meninggal. Warga pun mencarinya sampai Pintu Air Manggarai.

"Opa saya pun punya pegangan, namanya ilmu Brajamusti, makam opa saya saat ini ada di pemakaman Kamboja Depok. Saat meninggal pun karena punya ilmu, susah meninggalnya sampai harus diberikan daun kelor," tuturnya.

Kisah lainnya saat sejumlah stasiun televisi saat sedang melakukan syuting disana. Saat itu Welly menduga pihak stasiun televisi kurang melakukan ritual untuk permisi. Tiba - tiba saja kaset hasil syuting tak bisa diputar ulang.

"Saya langsung melakukan ritual ke bawah pancuran mata air, melakukan ritual sebisa saya yang diajarkan Opa saya dulu, agar arwah yang ada jangan ganggu para kru, tak lama saya ke atas lagi, kaset itu bisa diputar dan syuting berlangsung lancar, kadang juga ada pohon enggak ada angin enggak ada hujan tiba - tiba tumbang, itu berarti ada yang sedang marah dan saya melakukan apapun sebisa saya," tutupnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar